Minggu, 11 Maret 2012

ART PREK # 1




meskipun banyak perubahan telah dan sedang terjadi, jogja masih sangat nyaman untuk ditinggali. karena itu, dipindahtugaskan ke jogja dari jakarta bagi saya adalah kenikmatan bukan kutukan.


tidak ada seruas pun sesal yang mengemuka atau muncul di benak saya. memang nyaman tinggal di jogja. dengan sepeda lipat yang setia dan ramah di setiap cuaca, jogja terasa makin nyaman saja. perasaan berjalan lambatnya waktu di jogja akan lebih lambat terasa jika disusuri dengan sepeda.

kalau tidak percaya, anda harus mencoba. saya tidak ingin memberi tahu rasa kepel dengan mengunyahnya dan bercerita berbusa-busa kepada anda. lebih baik anda kunyah sendiri saja.
nah, dari atas sepeda lipat itu, saya kerap mendapati hal-hal yang tidak bisa saya dapati jika naik sepeda motor atau mobil yang tertutup kaca. gambar yang saya jepret saat sedang berkeliling jogja dengan sepeda lipat ini adalah salah satunya.

banyak gambar lain yang saya jepret di tengah-tengah berkeliling jogja dengan sepeda lipat. namun, kali ini, saya hendak berbagi tentang gambar ini. meskipun gambar ini tidak lagi saya jepret dengan kamera pinjaman kantor yang saya pakai cuma-cuma, saya tetap ingin membagikannya kepada anda. tetap cuma-cuma juga.

gambar ini saya bagikan karena berkesan buat saya. meskipun tempatnya di tembok tua sisi utara pasar beringharjo, gambar ini istimewa. setidaknya, buat saya keistimewaannya. salah satu gambar mural yang menghiasi tembok-tembok jogja ini mampu menerjemahkan kegelisahan saya. terlebih, gambar ini sekarang sudah tidak ada.

kegelisahan itu makin hari makin membuat risau. apalagi mendengar dan menyimak berita-berita terakhir. tidak usah saya sebutkan semua. berita terakhir saja untuk menghadirkan kegelisahan anda:

muhammadiyah dan nahdlatul ulama sepakat menyebut koruptor kafir. sebaliknya, pak beye mengampuni para koruptor.

anda mungkin masih ingat, pak beye pernah berujar dan berikrar memimpin pemberantasannya korupsi sejak sebelum menikmati periode pertama.

salah satu pesan di tembok itu benar menurut saya: teruslah bekerja, jangan berharap pada negara.

salam gelap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar